Blogroll

Pages

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 17 November 2011

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR


Saat sebuah transistor digunakan pada suatu rangkaian, fungsi dari transistor tersebut ditentukan oleh kurva karakteristik-nya.

Transistor memeliki kurva karakteristik input, output dan transfer, yang paling umum digunakan adalah kurva karakteristik output. Pada saat Transistor digunakan sebagai saklar, maka daerah yang digunakan pada kurva karakteristik ialah daerah "cut-off" dan daerah "saturasi", untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah.
Daerah yang diarsir kuning adalah daerah "cut-off". Pada saat "cut-off" kondisi dari transistor adalah arus basis sama dengan nol (IB = 0), Arus output pada kolektor sama dengan nol dan Tegangan pada kolektor maksimum atau sama dengan tegangan supply (VCE = VCC). 

Daerah yang diarsir merah adalah daerah "saturasi". Pada saat "saturasi" kondisi dari transistor adalah arus basis maksimal (IB=Max) sehingga menghasilkan arus kolektor maksimal (IC=Max) dan tegangan Kolektor Emitor minimum (VCE=0).

TRANSISTOR

Transistor adalah semikonduktor yang memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia elektronik analog ataupun digital. Komponen ini mempunyi banyak fungsi dalam dunia elektronik, diantaranya sebagai penguat, switching (saklar), modulasi signal, stabilitas tegangan dll. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin pesat, transistor saat ini juga telah mengalami perkembangan di segi fungsinya, dia sekarang telah dapat digunakan sebagai memory, dan pemroses isyarat getaran-getaran listrik dalam dunia prosesor komputer. Bukan hanya itu, transistor juga telah mengalami perkembangan dilihat dari segi bentuk, karena saat ini satu buah transistor telah berhasil diciptakan dalam ukuran super kecil, yaitu hanya dalam ukuran nano mikron (transistor yang dikemas dalam prosesor komputer).
Secara umum jenis transistor dibedakan menjadi dua macam yaitu jenis NPN dan PNP. Transistor memiliki tiga kaki yang memiliki fungsi dan nama berbeda, yaitu Basis (B), Emitor (E), dan Colector (C). Dalam dunia elektronik, transistor juga memiliki jelajah tegangan kerja dan frekwensi yang sangat lebar. Penggunaan transistor dalam rangkaian analog sebagai amplifier, switch, stabilitas tegangan,dll. Dalam rangkaian digital digunakan selain sebagai saklar yang memiliki kecepatan tinggi juga digunakan sebagai pemroses data yang akurat dan sebagai memory.
Cara kerja transistor.
Prinsip dasar dari kerja transistor adalah tidak akan ada arus antara colektor dan emitor apabila pada basis tidak diberi tegangan muka atau bias. Bias pada basis ini biasanya diikuti dengan sinyal-sinyal atau pulsa listrik yang nantinya hendak dikuatkan, sehingga pada kolektor, sinyal yang di inputkan pada kaki basis telah dikuatkan. Kedua jenis transistor baik NPN ataupun PNP memiliki prinsip kerja yang sama.

Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium, Silikon, Galium Arsenide. Sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface Mount, dan ada juga beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC (Intregeted Circuit). 


Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2018083-transistor-dan-penjelasannya-dasar-dasar/#ixzz1dy2H5RF5

INDUKTOR


Pengertian Induktor/Induktansidalam pengukuran sebuah lilitan atau kumparan tidak dapat dipisahkan dengan istilah induktansi, karena induktansi merupakan satuan pengukuran sebuah kumparan (dilambangkan dengan L). 
Menurut Wikipedia. Induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya.

Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat didalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik.

Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas parasitnya. Selain memboroskan daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya didalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena penjenuhan.

Induktansi (L) (diukur dalam Henry) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk disekitar konduktor pembawa arus yang bersifat menahan perubahan arus. Arus listrik yang melewati konduktor membuat medan magnet sebanding dengan besar arus. Perubahan dalam arus menyebabkan perubahan medan magnet yang mengakibatkan gaya elektromotif lawan melalui GGL induksi yang bersifat menentang perubahan arus. Induktansi diukur berdasarkan jumlah gaya elektromotif yang ditimbulkan untuk setiap perubahan arus terhadap waktu. Sebagai contoh, sebuah induktor dengan induktansi 1 Henry menimbulkan gaya elektromotif sebesar 1 volt saat arus dalam indukutor berubah dengan kecepatan 1 ampere setiap sekon. Jumlah lilitan, ukuran lilitan, dan material inti menentukan induktansi.

KAPASITOR / KONDENSATOR


Pengertian Kapasitor / Kondensator :

Kapasitor atau kondensator ( C ) adalah komponen dasar elektronika yang termasuk dalam komponen pasif yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik dalam jangka waktu tertentu. Kapasitor ini di temukan oleh Pak de Michael Faraday itu sebabnya kenapa satuan dari kapasitor adalah Farad. Pada umumnya kapasitor terdiri atas dua plat logam yang di pisahkan oleh suatu bahan penyekat biasa disebut bahan dielektrik yaitu berupa vacum udara,keramik,gelas,mika dan lain lain. kedua plat ini di beri muatan listrik yang sama besar tapi yang satu positif dan lainnya negatif.
kapasitor aldiakbar[dot]com
Berdasarkan Jenis Dielektriknya Kapasitor dibagi :
1. Kapasitor Keramik
2. Kapasitor Kertas
3. Kapasitor Mika
4. Kapasitor Elektrolit ( Elco )
5. Kapasitor Variabel ( Varco )
6. Kapasitor Trimer
7. Kapasitor Polister
Sifat Kapasitor :
1. Dapat menyimpan energi listrik sementara
2. tidak dapat dilalui arus DC

Prinsip Kerja Kapasitor / Kondensator :
Pada saat kapasitor dialiri arus listrik maka kapasitor akan menyimpan muatan dan selama kapasitor belum terisi penuh maka proses penyimpanan akan terus berjalan sampai penuh dan kapasitor akan berhenti menyimpan. Kapasitor akan melepas / membuang muatan nya apa bila salah satu kakinya mendapat potensial yang lebih rendah ( tegangan negatif ), Jika selama proses penyimpanan terjadi hal ini maka muatan akan tetap dilepaskan walaupun proses penyimpanan belum selesai ( kapasitor belum terisi penuh).
Pengertian Kapasitansi :
Kapasitansi adalah kemampuan Kapasitor untuk menampung muatan elektron. Pak de Faraday mengatakan bahwa 1 Farad jika dengan tegangan 1 Volt dapat memuat elektron sebanyak 1 Couloumb. Rumusnya bisa ditulis kayak gini :
Q = C.V     ->    C = Q/V
dimana:
Q = Muatan Listrik ( Couloumb : C )
C = Kapasitansi ( Farad : F)
V = Tegangan ( Volt : V )
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi nilai kapasitor :
1. Luas keping logam, makin luas keping logam yang digunakan makin besar kapasitansinya
2. Jarak antar keping ( besar keping di elektrik ),  makin tebal bahan di elektrik makin kecil kapasitansinya
3. Jenis bahan di elektrik

KODE WARNA RESISTOR




Membaca kode warna ini dari ujung resistor terdekat, kita dapat mengetahui bahwa warna-warna tersebut memiliki arti:
  1. Cincin pertama, merupakan digit pertama dari nilai tahanan
  2. Cincin kedua, merupakan digit kedua dari nilai tahanan
  3. Cincin ketiga, merupakan faktor pengali (sebuah nilai pemangkatan bilangan 10, atau banyaknya angka nol di belakang digit kedua)
  4. Cincin keempat, merupakan toleransi dari nilai tahanan

Tabel di bawah memperlihatkan arti dari warna-warna pada badan resistor

Contoh soal:
Berapakah nilai tahanan atau nilai resistansi sebuah resistor yang terlihat pada gambar diatas?

Penyelesaian:
Terlihat bahwa cincin pertama, kedua, ketiga, dan keempat, mempunyai warna coklat, hitam, merah, dan emas, maka
  • Coklat = 1
  • Hitam = 0
  • Merah = 2
  • Emas = 5%
  • Nilai tahanannya menjadi 10 x 102 ± 5% = 1000 ± 5% = 950 ~ 1050 Ω
  • Dipasaran, nilai referensi tahanannya adalah 1 kΩ

RESISTOR



RESISTOR adalah satu komponen elektronika yang dapat diumpamakan dengan sekeping papan yang dipergunakan untuk menahan aliran air yang deras di parit kecil.Adanya tahanan papan ini,maka arus air jadi terhambat alirannya.
Makin besar papan yang dipergunakan untuk menahan air parit,makin kecil air yang mengalir.Begitu pula resistor dalam elektronika,makin besar resistansi (nilai tahanan),makin kecil arus dan tegangan listrikyang melaluinya.



Jadi Fungsi Resistor Adalah :
1. Menahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika.
2. Menurunkan tegangan sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika.
3. Pembagi tegangan.
4. Bekerjasama dengan Transistor dan Capasitor dalam suatu rangkaian elektronika tuk membangkitkan frequency rendah/tinggi.


JENIS RESISTOR
:: RESISTOR TETAP
Adalah resistor yang besaran tahanannya tidak dapat diatur alias tetap,diantaranya :
1. Resistor kawat logam,yaitu tahanan dari kawat logam yang digulung di permukaan tabung kaca.
2. Resistor arang (komposisi),yaitu resistor dari bahan arang karbon terdapat gelang warna dibadannya,yang merupakan nilai besarantahanannya.
:: RESISTOR VARIABEL
Adalah Resistor yang besaran tahanannya dapat diatur sesuai kebutuhan,diantaranya :
1. Potensiometer,adalah resistor variabel arang berupa potensio putar dan geser.
2. Trimpot,adalah resistor variabel arang yang dapat diatur tahanannya dengan memutar lubang kecil pada badan trimpot dengan menggunakan obeng kecil.
3. LDR (Light Dependend Resistor - Resistor Tergantung Cahaya),adalah resistor variabel yang tergantung cahaya,resistansi akan turun/berkurang jika dia disinari,sebaliknya tahanan akan naik jika LDR dilindungi dari cahaya.
4. Thermistor/NTC (Negative Temperature Coefisien - Resistor Tergantung Suhu),adalah resistor variabel yang tergantung suhu,resistansi akan berubah akibat perubahan temperatur/suhu.

DIODA







Dioda adalah merupakan jenis komponen pasif. Dioda memiliki dua kaki/kutub yaitu kaki anoda dan kaki katoda . Dioda terbuat dari bahan semi konduktor tipe P dan semi konduktor tipe N yang di sambungkan.
Semi konduktor tipe P berfungsi sebagai Anoda dan semi konduktor tipe N berfungsi sebagai katoda. Pada daerah sambungan 2 jenis semi konduktor yang berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk gaya barier.Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7 volt yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum dimana dioda akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik.
Dioda bersifat menghantarkan arus listrik hanya pada satu arah saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada tegangan + dan kutub katoda kita hubungkan dengan tegangan – (kita beri bias maju dengan tegangan yang lebih besar dari 0.7 volt) maka akan mengalir arus listrik dari anoda ke katoda (bersifat konduktor). Jika polaritasnya kita balik (kita beri bias mundur) maka arus yang mengalir hampir nol atau dioda akan bersifat sebagai isulator.
Karena sifat dioda yang bekerja sebagai konduktor jika kita beri bias maju dan bekerja sebagai isulator pada bias mundur, maka dioda sering digunakan sebagai penyearah (rectifier) arus bolak-balik. Contoh penggunaannya adalah pada rangkaian adaptor, DC power supply (Catu Daya DC) dsb.
Simbol dioda adalah:

Menurut bahan semi konduktor yang digunakan dalam pembuatannya, dioda ada 2 jenis yaitu :
1. Dioda silikon: Dibuat dari bahan silikon.
2. Dioda germanium: Dibuat dari bahan germanium.

Jenis-jenis dioda dan penggunaannya :
- Dioda silikon: Banyak digunakan pada peralatan catu daya sebagai penyearah arus, pengaman tegangan kejut dsb. Contoh : 1N4001, 1N4007, 1N5404 dsb.
- Dioda zener: Digunakan untuk membatasi/mengatur tegangan. Contoh : zener 6.2 volt, zener 3.2 volt dsb.
- Dioda Bridge: 4 buah dioda yang dirangkai menjadi rangkaian jembatan/bridge. Banyak digunakan pada rangkaian catu daya sebagai penyearah gelombang penuh (full wave rectifier). Contoh : B40C800, kiprox pada kendaraan bermotor dsb.
Dalam pemasangannya dioda harus terpasang dengan benar, tidak boleh terbalik. Secara fisik kaki katoda ( K ) adalah kaki yang dekat dengan tanda gelang yang terdapat pada body-nya. Untuk mengetahui sebuah dioda masih bagus atau sudah rusak adalah dengan menggunakan AVO Meter. Posisikan pada Ohm meter, kasih bias maju (tap AVO + terhubung ke katoda dan – ke anoda) –> harus tersambung (jarum bergerak), kasih bias mundur –> harus tidak tersambung (jarum tidak bergerak). ‘Jika dan hanya jika’ ke-dua kriteria tsb. terpenuhi semua maka dioda tsb. masih bagus, selain itu berarti rusak (putus/bocor).
Jenis dioda yang lainnya lagi adalah LED (Light Emitting Dioda) yaitu jenis dioda yang dapat meng-emisikan (memancarkan) cahaya. Cahaya yang dikeluarkan bisa cahaya tampak (merah, kuning, hijau, biru, putih dsb.) ataupun infra merah. Untuk LED cahaya tampak biasa digunakan sebagai lampu indikator pada peralatan-peralatan elektronik atau lampu2 display,7 segment dsb., sedangkan LED infra merah biasa digunakan pada rangkaian remote control televisi, VCD/DVD player, mouse dsb. LED memiliki kelebihan yaitu konsumsi arus yang rendah (sekitar 50 mA) dan usia/life time yang panjang jika digunakan pada tegangan kerja yang sesuai (sekitar 1.5 – 3 volt DC) sehingga cocok digunakan dalam banyak penerapan. Jika tegangan yang diberikan melebihi 3 volt, LED akan berumur pendek dan bahkan bisa langsung rusak.

Cara mengukur AVO meter


Skala Mutimeter
Skala Multimeter
Cara menggunakan Multimeter
  1. Mengukur tegangan DC
    • Atur Selektor pada posisi DCV.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
    • Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak  rusak.
    • Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe  warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
    • Baca hasil ukur pada multimeter.
  2. Mengukur tegangan AC
    • Atur Selektor pada posisi ACV.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
    • Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
    • Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
    • Baca hasil ukur pada multimeter.
  3. Mengukur kuat arus DC
    • Atur Selektor pada posisi DCA.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
    • Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
    • Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat  pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti  kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
    • Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
    • Baca hasil ukur pada multimeter.
  4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
    • Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur
    • Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
    • Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
  5. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
    • Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka  pengali sesuai batas ukur.
    • Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
    • Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
  6. Mengecek hubung-singkat / koneksi
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
    • Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
    • Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau  terminal tersebut putus.
  7. Mengecek diode
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
    • Hubungkan  probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
    • Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
    • Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda  rusak putus.
    • Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti  dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus  katoda-anoda.
  8. Mengecek transistor NPN
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
    • Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
    • Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-C.
    • Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+)  pada basis dan probe (-) pada kolektor.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
    • Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
    • Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-E.
    • Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
    • Hubungkan  probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
    • Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.
  9. Mengecek transistor PNP
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
    • Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
    • Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
    • Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
    • Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
    • Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
    • Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
    • Hubungkan  probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
    • Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
    • Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.
  10. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
    • Hubungkan  probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
    • Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
    • Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
    • Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More